Rabu, 02 Desember 2015
Kumpulan penting Tanaman Padi
1. Tungro
Klasifikasi biologi patogen penyebab penyakit tungro adalah sebagai berikut :
Rice tungro bacilliform virus (RTBV)
Group : Group VII (dsDNA-RT)
Family: Caulimoviridae
Genus : Tungrovirus
Species: Rice tungro bacilliform virus
Rice tungro spherical virus (RTSV)
Group : Group IV ((+)ssRNA)
Family : Sequiviridae
Genus : Waikavirus
Species: Rice tungro spherical virus
Tungro adalah penyakit virus pada padi yang biasanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi. Dua spesies dan N.virescens adalah serangga yang menyebarkan (vektor) virus tungro.
Cara pengendalian
Varietas tahan. Penggunaan varietas tahan seperti menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 TukadUnda, Tukad Balian, Tukad Petanu, Bondoyudo, dan Kalimas merupakan cara terbaik untuk mengendalikan tungro. Rotasi varietas penting untuk mengurangi gangguan ketahanan. Pembajakan di bawah sisa tunggul yang terinfeksi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi sumber penyakit dan menghancurkan telur dan tempat penetasan wereng hijau. Bajak segera setelah panen bila tanaman sebelumnya terkena penyakit.
Cabut dan bakar tanaman yang sakit. Ini perlu dilakukan kecuali bila serangan tungro sudah menyeluruh. Bila serangan sudah tinggi maka mungkin ada tanaman yang terinfeksi tungro tapi kelihatan sehat. Mencabut tanaman yang terinfeksi dapat mengganggu wereng hijau sehingga makin menyebarluaskan infeksi tungro.
Tanam benih langsung (Tabela): Infeksi tungro biasanya lebih rendah pada tabela karena lebih tingginya populasi tanaman (bila dibandingkan tanam pindah). Dengan demikian wereng cenderung mencari dan makan serta menyerang tanaman yang lebih rendah populasinya.
Waktu Tanam: Tanam padi saat populasi wereng hijau dan tungro rendah. Tanam serempak: Upayakan petani tanam serempak. Ini mengurangi penyebaran tungro dari satu lahan ke lahan lainnya karena stadium tumbuh yang relatif seragam.
Bera atau rotasi. Pertanaman padi terus-menerus akan meningkatkan populasi wereng hijau sehingga sulit mencegah infeksi tungro. Adanya periode bera atau tanaman lain selain padi dapat mengurangi populasi wereng hijau dan ketersediaan inang untuk virus tungro.
2. Hawar daun padi
Klasikasi Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye adalah sebagai berikut:
Phylum : Prokaryot
Kelas : Scizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Spesies : Xanthomonas campestris pv. Oryzae
Bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae berbentuk batang pendek, di ujungnya mempunyai satu flagel dan berfungsi sebagai alat gerak. Bakteri ini berukuran 6-8 bersifat aerob,gram negatif dan tidak membentuk spora . Diatas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin. Penyakit hawar daun bakteri pertama kali ditemukan di Fukuoka Jepang pada tahun 1884. Pada awal abad XX penyakit ini telah diketahui tersebar luas hampir diseluruh jepang kecuali dipulau Hokkaido. Diindonesia , penyakit ini mula-mula ditemukan oleh Reitsman dan Schure oada tanaman muda didaerah Bogor dengan gejala layu. Penyakit ini dinamakan kresek dan patogennya dinamai xanthomonas kresek schure. Terbukti bahwa penyakit ini sama dengan penyakit hawar daun bakteri yang terdapat di Jepang.
Pengembangan varietas padi unggul dengan dengan hasil tinggi tetapi peka terhadap penyakit menyebabkan semakin tersebar luasnya penyakit ini.Gejala serangan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi bersifat sistematis dan dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka ,(2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning pucat.
Gejala layu yang kemudian dikenal dengan nama kresek umumnya terhadap pada tanaman muda berumur 1-2 minggu setelah tanam atau tanaman dewasa yang rentan .Pada awalnya gejala terdapat pada tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak kebasahan, bercak tersebut meluas berwarna hijau keabu-abuan , selanjutnya seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Sering kali bila air irigasi tinggi, tanaman yang layu terkulai kepermukaan air dan menjadi busuk.Pada tanaman yang peka terhadap penyakit ini,gejala terus berkembang hingga seluruh permukaan daun,bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai mengering.Pada pagi hari cuaca lembab ,eksudat bakteri sering keluar ke permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan angin,gesekan angin,geekan daun atau percikan air hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang efektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit hawar daun bakteri kultivar padi mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap Xanthomonas.Ketahanan disebabkan karena: 1. Bakteri terhambat penetrasinya, 2. Bakteri tidak dapat meluas secara sistematik, dan 3. Tanaman bereaksi langsung tehadap bakteri. Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh Xanthomonas dibantu juga oleh hujan,karena hujan akan meningkatkan kelembaban dan membantu pemencaran bakteri. Intensitas penyakit yang tertinggi terjadi pada akhir musim hujan.Menjelang musim kemarau,suhu optimum untuk perkembangan Xanthomonas adalah sekitar 300C.
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri akan lebih berhasil bila dilaksanakan secara terpadu, mengingat berbagai faktor dapat mempengaruhi penyakit ini dilapangan,misalnya keadaan tanah,pengairan,pemupukan,kelembaban,suhu dan ketahanan varietaspadi yang ditanam.Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan mencangkup penanaman varietas yang tahan,pembuatan persemaian kering atau tidak terendam air,jarak tanam tidak terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun bibit yang akan ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam dan menghindari pemberian pupuk N yang terlalu tinggi.
Gunakan varietas tahan. Ini adalah cara yang paling efektif dalam mengendalikan penyakit. Pemupukan lengkap—Penyakit semakin parah bila pupuk N dipakai secara berlebihan, tanpa P dan K.
Kurangi kerusakan bibit dan penyebaran penyakit. Infeksi bibit terjadi melalui luka dan kerusakan bagian tanaman. Penanganan yang buruk atau angin kencang dan hujan dapat menyebabkan tanaman sakit. Penyakit menyebar melalui kontak langsung antara daun sehat dengan daun sakit melalui air dan angin.
Kurangi penyebaran penyakit dengan penanganan bibit secara baik waktu tanam pindah, pengairan dangkal pada persemaian, dan membuat drainase yang baik ketika genangan tinggi. Kurangi jumlah inokulum. Tunggul tanaman yang terinfeksi dan gulma dapat menjadi sumber inokulum.
Pertahankan kebersihan sawah — buang atau bajak gulma, jerami yang terinfeksi, ratun padi yang semuanya dapat menjadi sumber inokulum. Keringkan sawah — upayakan sawah bera mengering untuk membunuh bakteri yang mungkin bertahan dalam tanah atau sisa tanaman.
Upaya pengendalian untuk mengatasi penyakit ini melalui kultur teknik, yaitu dengan melakukan beberapa hal :
1. Perbaikan cara bercocok tanam,melalui:
Pengolahan tanah secara optimal.
Pengaturan pola tanam dan waktu tanam serempak dalam satu hamparan.
Pergiliran tanam dan varietas tahan
Penanaman varietas unggul dari benih yang sehat.
Pengaturan jarak tanam.
Penanaman varietas unggul dari benih yang sehat.
Pengaturan jarak tanam
Pemupukan berimbang (N,P,K dan unsur mikro) sesuai dengan fase pertumbuhan dan musim
Pengaturan sistem pengairan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.
2. Sanitasi lingkungan.
3. Pemanfaatan agensi hayati Corynebacterium.
4. Penyemprotan bacterisida anjuran paling efektif dan diizinkan secara bijaksana berdasarkan.
hasil pengamatan.
3. Hawar Pelepah Padi
Klasifikasi Rhizoctonia solani sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order : Cantharellales
Family : Ceratobasidiaceae
Genus : Rhizoctonia
Species : R. Solani
Hawar pelepah padi menjadi penyakit yang semakin penting di beberapa negara penghasil padi.Di indonesia, hawar pelepah mudah ditemukan pada ekosistem padi dataran tinggi sampai dataran rendah.Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air.Gejala berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat.Semenjak dikembangkan varietas padi yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan terutama nitrogen, serta cara tanam debgan jarak yang rapat menyebabkan perkembangan hawar pelepah semakin parah.Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Dilihat dari segi biologi dan ekologinya,Penyakit hawar pelepah mulai terlihat berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan terus berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di pembibitan dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah, sehingga disamping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi, cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan. Cendawan ini bertahan di tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium yang dorman. Sklerosia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah tanaman yang lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam berikutnya.Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber inokulum penyakit hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.
Rhizoctonia solani terutama menyerang benih tanaman dibawah permukaan tanah, tetapi juga dapat menginfeksi polong,akar,daun dan batang.Gejala yang paling umum dari Rhizoctonia adalah “redaman off”, atau kegagalan benih yang terinfeksi untuk berkecambah.Rhizoctonia soloni dapat menyerang benih sebelum berkecambah atau dapat membunuh bibit sangat muda segera setelah terjadi perkecambah.Ada berbagai kondisi lingkungan yang menempatkan tanaman pada risiko tinggi infeksi karena Rhizoctonia patogen lebih suka iklim basah hangat untuk infeksi dan pertumbuhan. Bibit adalah yang paling rentan terhadap penyakit hawar pada pelepah.
Siklus penyakit Rhizoctonia solani dapat bertahan dalam tanah selama bertahun-tahun dalam bentuk sclerotio.Sclerotia dari Rhizoctonia memiliki lapisan luar tebal memungkinkan untuk bertahan hidup dan berfungsi sebagai pelindung dari suhu dingin,pathogen juga dapat mengambil bentuk miselium yang berada di permukaan tanah.Jamur tertarik oleh rangsangan kimia yang dilepaskan oleh tanaman yang tumbuh atau residu tanaman membusuk.Proses penetrasi dari sebuah host dapat dicapai dalam beberapa cara.Pathogen dapat melepaskan enzim yang dapat memecahkan dinding sel tanaman,dan terus menjajah dan tumbuh di dalam jaringan yang mati.Ini adalah rincian dari sel dinding dan kolonisasi pathogen dalam host adalah apa bentuk sclerotia tersebut.Baru innoculum diproduksi didalam jaringan host,dan siklusyang baru diulang saat tanaman baru menjadi tersedia.Siklus penyakit dimulai seperti 1) yang sclerotia atau miselium melewati musim dingin pada tanaman puing,tanah atau host. 2) Para hifa muda dan basidia berbuah (jarang) muncul dan menghasilkan miselium dan basidiospora. 3) Produksi sangat jarang dari basidiospora berkecambah menembus stoma sedangkan tanah miselium pada permukaan tanaman dan mengeluarkan enzim yang diperlukan ke permukaan tanaman dalam rangka untuk memulai infeksi dari tanaman inang. 4) Setelah mereka berhasil menyerang miselium host-nekrosik dan membentuk sclerotia dalam dan di sekitar jaringan yang terinfeksi yang kemudian mengarah ke berbagai gejala yang berhubungan dengan penyakit seperti tanah busuk,busuk batang,rendaman dan lain sebagainya.
Dilihat dari cara hidupnya patogen dikenal lebih menyukai cuaca yang basah,hangat dan wabah biasanya terjadi pada bulan-bulan awal musim panas kebanyakan gejala patogen tidak terjadi sampai akhir musim panasdan dengan demikian sebagian besar petani tidak menyadari tanaman terjangkit sampai panen.Kombinasi faktor lingkungan telah dikaitkan dengan prevalensi patogen seperti:adanya tanaman inang,curah hujan sering atau irigasi dan suhu meningkat di musim semi dan musim panas.Selain itu, pengurangan drainase tanah karena berbagai teknik seperti pemadatan tanah juga dikenal untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi patogen.Patogen tersebar sebagai sclerotia,dan sclerotia ini dapat berpergian dengan sarana angin,air atau tanah gerakan antara tanaman inang.
Pengendalian hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn) dapat dikendalikan secara kimia,biologi dan teknik budidayanya. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl,difenoconazal,mankozeb,dan validamycin dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air dapat menekan perkembangan cendawa R. Solani kuhn
Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang sudah terdekomposisi sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio ±10) dengan dosis 2 ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah dan menghambat laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.
Pengendalian dengan teknik budidaya diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan komplit dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan, serta didukung oleh cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju infeksi cendawan R. solani pada tanaman padi. Disamping itu, pengurangan sumber inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma disekitar sawah.Pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang keberhasilan yang lebih tinggi bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas dipadukan (pengendalian penyakit secara terpadu).
4. Penyakit Blas
Klasifikasi penyakit blas sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Mycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Family : Moniliaceae
Genus : Pyricularia
Spesies : Pyricularia oryzae Cav.
Di Indonesia Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan penyakit penting terutama pada padi gogo. Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur Pantura Jawa Barat. Penyebab penyakit dapat menginfeksi tanaman pada semua stadium tumbuh dan menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast).
Dilihat dari segi biologi dan ekologinya, gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.
Penularan penyakit blas terjadi melalui konidia yang terbawa angin. Konidia dibentuk dan dilepas waktu malam, meskipun serimg terjadi siang hari sehabis turun hujan. Konidium ini hanya dilepaskan jika kelembaban nisbi udara lebih tinggi dari 90%. Pelepasan terjadi secara eksplosif, karena pecahnya sel kecil di bawah konidium sebagai akibat dari pengaruh tekanan osmotik. Penetrasi kebanyakan terjadi secara langsung dengan menembus kutikula. Permukaan atas daun dan daun-daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. Patogen P. oryzae dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman dan gabah dalam bentuk miselium dan konidium.
Penyakit blas tingkat keparahannya di pengaruhi oleh beberapa faktor.Kelebihan nitrogen dan kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.
Perkecambahan konidium Pyricularia grisea memerlukan air. Jangka waktu pengembunan atau air hujan merupakan kondisi yang sangat menentukan bagi konidium yang menempel pada permukaan daun untuk berkecambah dan selanjutnya menginfeksi jaringan tanaman. Bila kondisi sangat baik yaitu periode basah lebih dari 5 jam, sekitar 50% konidium dapat menginfeksi jaringan tanaman dalam waktu 6-10 jam. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan apresorium adalah 25-28 C.
Untuk mengendalikan penyakit blaz agar tidak berlebihan maka sampai saat ini pengendalian yang paling efektif adalah dengan varietas tahan. Varietas Limboto, Way Rarem, dan Jatiluhur di beberapa tempat di Purwakarta, Subang, dan Indramayu tergolong tahan terhadap penyakit blas leher. Patogen P. grisea sangat mudah membentuk ras baru yang lebih virulen dan ketahanan varietas sangat ditentukan oleh dominasi ras patogen. Hal ini menyebabkan penggunaan varietas tahan sangat dibatasi oleh waktu dan tempat. Artinya varietas yang semula tahan akan menjadi rentan setelah ditanam beberapa musim dan varietas yang tahan di satu tempat mungkin rentan di tampat lain. Ketahanan varietas yang hanya ditentukan oleh satu gen (monogenic resistant) mudah terpatahkan. Untuk itu pembentukan varietas tahan yang memiliki lebih dari satu gen tahan (polygenic resistant) sangat diperlukan. Penggunaan varietas harus disesuaikan dengan kondisi struktur populasi ras yang ada. Pergiliran varietas dengan varietas unggul lokal yang umumnya tahan terhadap penyakit blas sangat dianjurkan. Penyakit blas merupakan penyakit yang terbawa benih (seed borne pathogen), maka untuk mencegah penyakit blas dianjurkan tidak menggunakan benih yang berasal dari daerah endemis penyakit blas.
Kita tahu bahwa ketahanan varietas terhadap penyakit tidak berlangsung lama, maka diperlukan pendukung untuk menjaga ketahanan varietas itu yaitu dengan menggunakan fungisida.Fungisida merupakan teknologi yang sangat praktis untuk mengatasi penyakit blas,namun hal tersebut menyebabkan terganggunya ekosistem disekitarnya.,maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu harus memperhatikan jenis,dosis dan waktu aplikasi yang tepat.
5. Busuk Batang
Klasifikasi busuk batang jamur Helminthosporium oryzae di klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Myceteae
Divisio : Amastigomycotae
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Monitiales
Famili : Dematlaceae
Genus : Helminthosporium
Spesies : Helminthosporium oryzae
Di indonesia penyakit busuk pada batang padi merupakan penyakit utama. Kehilangan hasil padi akibat penyakit busuk batang 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas padi beranakan banyak yang ditanam pada lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek. Umumnya penyakit ini kurang mendapat perhatian, karena dianggap sebagai gangguan yang bersifat klasik dan biasa-biasa saja
Dilihat dari sifat biologi dan ekologinya,gejala penyakit diawali dengan bercak kecil kehitaman pada pelepah bagian luar di atas batas permukaan air, selanjutnya bercak membesar. Cendawan penyebab penyakit menembus bagian dalam pelepah dan menginfeksi batang sehingga menyebabkan busuk pada batang dan pelepah. Cendawan penyebab busuk batang menghasilkan sklerosia yang berbentuk bulat kecil berwarna hitam. Sklerosia banyak terdapat pada bagian dalam batang padi yang membusuk.Selama kondisi lingkungan kurang menguntungkan, cendawan menghasilkan sklerosia secara berlimpah sebagai alat untuk bertahan hidup. Sklerosia tersimpan dalam tunggul dan jerami sisa panen. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit busuk batang pada musim tanam berikutnya.
Maka untuk mengendalikan penyakit busuk batang kita menggunakan tanaman varietas tahan,namun karena tanaman memiliki ketahanan varietas tertentu maka untuk itu kita menggunakan fungisida yang berbahan aktif difenoconazal untuk menggendalikan penyakit busuk batang.selain itu teknik pengolahan lingkungan seperti jerami dan tunggul dari tanaman yang terinfeksi diangkut keluar petakan sawah dan dibakar ,pengeringan sawah secara berkala,dan lain sebagainya.
6. Bercak Daun Cercospora
Klasifikasi penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora sp sebagai berikut:
Kingdom : Myceteae
Divisi : Amastigomycotae
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Dematiaceae
Genus : Cercospora
Spesies : Cercospora sp
Penyakit bercak daun cercosporan atau bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot) tersebar luas di negara-negara penanam padi. Di Indonesia penyakit berkembang dengan baik terutama pada daerah-daerah lahan yang miskin unsur nitrogen dan kalium. Menjadi penyakit utama pada pertanaman padi lahan sawah tadah hujan dan gogo. Penyakit menyerang tanaman padi terutama pada bagian daun menyebabkan fungsi fotosintesis terganggu. Apabila serangan terjadi pada fase generatif menyebabkan pengisian gabah menjadi kurang sempurna atau hampa sehingga bobot gabah dan kualitas gabah menjadi rendah.
Gejala penyakit
Pada daun terdapat bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera. Gejala mulai tampak 2-4 minggu setelah padi di pindah, dan gejala paling berat tampak lebih kurang satu bulan sebelum panen.
Penyebab penyakit.
Penyakit disebabkan oleh jamur Cercospora janseane (Racib) O. Const. Semula jamur disebut Napicladium janseanum Racib. Di Jepang disebut Cercospora oryzae Miyake. Jamur membentuk konidiofor berwarna coklat, keluar melalui mulut kulit, sendiri-sendiri atau berkumpul sanpai 3, dengan ukuran 88-140 x 4-5 µm. Konidium berbentuk gada terbalik, bersekat 3-10, dengan ukuran 20-60 x 5 µm (Ou, 1985).
Daur penyakit.
Konidium jamur disebarkan oleh angin dan infeksi terjadi melalui mulut kulit. Gejala baru tampak 30 hari atau lebih setelah infeksi. Ini menyebabkan lambatnya gejala di lapangan, meskipun infeksi dapat terjadi pada daun muda maupun daun tua. C. janseana mempertahankan diri dari musim ke musim pada biji-biji dan jerami. Diduga jamur dapat bertahan pada rumput-rumput liar; antara lain di India jamur dapat menginfeksi lempuyangan (Panicum repens).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit.
Umumnya penyakit bercak daun cercospora berkembang lebih baik pada musim kemarau. Meskipun belum diketahui secara pasti varietas-varietas yang tahan dan rentan terhadap penyakit ini, tetapi kenyataan di lapangan sering menunjukkan reaksi yang sangat beragam. Penyakit sangat dipengaruhi oleh jenis padi. Varietas Ciherang, IR 64 dan turunannya dilapangan sering kali menunjukkan reaksi sangat rentan terhadap bercak cercospora. Kandungan unsur hara terutama nitrogen dan kalium sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit ini. Tanaman padi yang kekurangan unsur nitrogen dan kalium lebih rentan terhadap penyakit bercak daun cercospora.
Pengendalian penyakit.
Selama ini pengendalian penyakit bercak daun cercospora hanya dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Pengendalian dengan 3 kali penyemprotan yaitu pada fase anakan maksimum, awal pembungaan dan awal pengisian dengan fungisida benomil, mankozeb, carbendazim, atau difenoconazol dengan dosis 1 cc per 1 liter air, dengan folume semprot 500 l per ha, dapat menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora dan menekan kehilangan hasil padi sampai dengan 30%.
7. Penyakit kerdil
Klasifikasi hama :
Klasifikasi ilmiah hama kepik hijau :
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula
Virus kerdil hampa pertama kali dilaporkan terdapat di Indonesia dan Filipina pada tahun 1976, secara sporadis. Kini penyakit kerdil rumput telah tersebar luas di Indonesia, Filipina, Muangthai dan India. Diduga virus ini sebelumnya telah terdapat di Indonesia tetapi gejalanya tertutup gejala kerdil rumput. Ou (1965) melaporkan bila di lapang banyak ditanam kultivar yang resisten terhadap kerdil rumput maka kerdil hampa akan banyak terlihat. Hasil survei di Indonesia menunjukkan bila tanaman terinfeksi 34 - 76%, maka berkurangnya hasil panen mencapai 53 - 82%. (Palmer et al., 1978).
Virus penyakit padi ini disebarkan oleh vektor serangga dan telah dianggap sebagai penyakit penting di seluruh dunia, yang diperkirakan menyebabkan kerugian tanaman rata-rata yang sebenarnya kurang dari 1,5%. Namun, epidemi sporadis penyakit virus padi dapat menyebabkan kerusakan di daerah tertentu atau suatu negara (Ramasamy dan Jatileksono, 1996). Misalnya, daerah di mana padi terserang penyakit virus tungro adalah epidemi kecil kaitannya dengan total produksi padi dari suatu negara, namun sawah yang terkena penyakit ini mungkin mengalami kehilangan hasil total. Kerusakan tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan petani di Asia, yang umumnya tergantung pertanian dengan produksi yang relatif kecil (Azzam dan Kanselir, 2002).
Strategi pengendalian yang akurat dan efektif akan mengurangi tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit kerdil hampa. Oleh karena itu, untuk mengetahui strategi pengendalian, terlebih dahulu harus mengetahui biologi dan ekologi virus penyebab penyakit kerdil hampa pada tanaman padi.
A. Gejala Penyakit RRSV
Tanaman padi yang terserang akan menunjukkan berbagai macam gejala, diantaranya ialah: pertumbuhan terhambat dan tanaman kerdil, mempunyai anakan dengan jumlah sangat banyak, tepi daun tidak rata atau bergerigi (ragged) dan berlekuk-lekuk atau sobek- sobek, daun hijau pendek, sempit, dan kekuningan (klorosis) terjadi pembengkakan tulang daun atau pembentukan puru yang berwarna kuning pucat sampai coklat serta terjadi pembelitan daun (twisting), malai tidak dapat keluar dengan sempurna dan gabahnya hampa. Tetapi daun yang tidak rata biasanya hanya pada salah satu sisi saja dan bagian yang berlekuk-lekuk ini menjadi klorosis dan masak. Berlekuk-lekuknya daun ini adalah ciri khas penyakit kerdil hampa. Pembelitan daun biasanya terjadi pada bagian atas daun. gejala berkembang 10-20 hari setelah terjadi infeksi. Faktor yang mendukung timbulnya penyakit ini adalah adanya vector pada saat tanaman pada fase pembentukan anakan (IRRI, 2010).
Sumber: http://www.knowledgebank.irri.org
A. Siklus Penularan Virus
Virus kerdil hampa tidak dapat ditularkan secara mekanik, melalui biji atau melalui organisme dalam tanah tetapi hanya dapat ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Wereng coklat menularkan dua jenis virus, yaitu virus kerdil hampa (RRSV) yang merupakan anggota kelompok reovirus, dan virus kerdil rumput (RGSV) anggota kelompok tenuivirus. Virus ini berkembang biak di wereng tetapi tidak ditularkan melalui telur (Hibino, 1989). Selama studi virus yang ditularkan oleh wereng, ditemukan partikel mirip virus dalam sebuah koloni wereng coklat yang kemudian disebut sebagai N. Lugens Reovirus (NLRV) (Noda et al., 1991). Ketiga biotipe wereng coklat dapat menularkan virus ini dengan efektivitas yang sama (Ou, 1985). Hubungan virus dengan vektornya adalah secara persisten. Periode makan akuisisi terpendek lebih kurang delapan jam dan periode latennya rata-rata lebih kurang sembilan hari (2-33 hari). Periode makan inokulasi minimum lebih kurang satu jam dan bila periode makan inokulasinya diperpanjang sampai satu hari maka tanman yang terinfeksi akan bertambah banyak. Periode retensinya berkisar antara 3-35 hari (rata-rata 15 hari) atau 13-35% dari lama hidupnya. Penularan virus ini adalah transtadial tetapi tidak transovarial. Periode inkubasinya dalam tanaman selama 2-3 minggu. Hibino et al., (1977) melaporkan bahwa tanaman yang terserang kerdil hampa menunjukkan suatu penyembuhan sementara, karena gejala dapat hilang tetapi akan timbul kembali.
Berdasarkan penelitian IRRI (2010), RRSV dapat ditularkan melalui kedua nimfa dan dewasa wereng coklat yang mengirimkan virus kerdil rumput. Serangga bisa mendapatkan virus dengan memberi makan pada tanaman sakit dalam 6 jam-akuisisi akses periode (minimal 30 menit). Lagi periode makan hingga 24 jam menyebabkan persentase yang lebih tinggi dari yang terinfeksi serangga. Setelah periode laten 5-28 hari (rata-rata 10-11 hari), para wereng coklat dapat menularkan virus dalam akses inokulasi periode beberapa menit sampai 24 jam (minimal 5-15 menit). Serangga yang terinfeksi dapat menularkan virus sampai mereka mati.
Sumber: rice doctor. international rice research institute
B. Partikel virus
Partikel virus kerdil hampa berbentuk polihedral berdiameter 50 - 70 nm dan banyak ditemukan dalam sel-sel floem dan sel-sel puru (Ou, 1985). Senboku et al., (1980) melaporkan bahwa sifat fisik virus adalah sebagai berikut: ketahanan in vitro pada 4°C adalah 17 hari, batas pengenceran 10-5 (daun) dan 10-6 (serangga), panas inaktivasi 60°C dan pada pH 6 - 9 masih tahan.
Sumber: http://www.knowledgebank.irri.org
A. Inang dan resistensi
Pengujian beberapa spesies tanarnan di Filipina menunjukkan bahwa Oryza latifolia dan O. nivera dapat terinfeksi oleh virus kercil hampa. Dilaporkan bahwa kultivar IRRI Acc No. 11053 reisten terhadap virus kerdil hampa (Ling dkk., 1978). Kultivar ini juga resisten terhadap ketiga biotipe wereng coklat (Ou, 1965).
B. Pengendalian
Untuk rnengendalikan virus ini perlu dilakukan pengendalian yang terpadu meliputi :
penggunaan varietas yang resisten, misal Ciherang
bibit di pembibitan diusahakan agar bebas dari vektor,
eradikasi tanaman yang terinfeksi,
pola dan waktu tanam diatur sedemikian rupa sehingga dapat mematahkan siklus hidup vektor (padi - palawija - padi), dan
penggunaan insektisida yang tepat untuk mengurangi populasi vektor.
dengan menginduksi ketahanan sistemik yang terdapat pada tanaman dengan bahan tertentu. Ketahanan sistemik dari suatu tanaman dapat diaktifkan dengan menginduksi gen-gen ketahanan yang terdapat di dalam tanaman. Salah satu agen yang dapat menginduksi ketahanan tanaman adalah ekstrak tumbuhan (Hersanti, 2003) dan kitosan (Vasyukova et al., 2001) maupun dengan agens pengendali hayati (PGPR/ PGPF).
Pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah mencabut tanaman yang terserang dan memusnahkannya dengan dibakar. Hal ini dilakukan karena penyakit virus menyerang secara sistemik sehingga untuk memusnahkannya adalah dengan cara membakar tanaman yang terserang.
8. Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan merkuri.
9. Penyakit noda/api palsu
Penyakit ini sudah terdapat di semua negara penanam padi termasuk Indonesia. Gosong palsu umumnya adalah penyakit minor, tetapi kejadian endemik pernah dilaporkan di India, Myanmar, Peru dan Pilipina.
Gejala Penyakit
Biji padi berubah menjadi bola spora berdiameter 1 cm (bahkan ada yang mencapai 5 cm), keluar diantara sekam, berwarna kuning emas dan kadang-kadang hijau. Bagian tengah dari bola ini adalah suatu anyaman meselium padat yang merupakan sklerotium. Dilaporkan bahwa bulir yang berdekatan dengan bulir yang menunjukkan gosong palsu adalah sehat. Di bagian luar dari anyaman miselium ini terdapat tiga lapisan spora. Lapisan dalam dan tengah adalah spora yang belum matang berwarna kuning keemasan. Lapisan luar adalah spora yang telah matang berwarna agak kehitaman. Umumnya hanya beberapa bulir padi saja yang terserang pada satu malai
Penyebab Penyakit
Penyakit disebabkan pleh Ustilaginoidea virens yang membentuk sklerotium berdiameter 5-8 mm. Konidia yang dibentuk di permukaan sklerotium, berbentuk bulat lonjong, berduri, berukuran 4-6 x 3-5 um, berkecambah dengan membentuk konidium sekunder yang lebih kecil dan hialin
Siklus Penyakit
Konidia tersebar oleh angin, menginfeksi bunga atau biji yang mulai terbentuk. Patogen dapat bertahan sebagai sklerotium atau sebagai bola spora yang mengeras yang disebut pseudomorph.
Pseudomorph dapat bertahan 4 bulan dalam kondisi lapangan. Musim hujan, kelembaban tinggi, pemupukan nitrogen berlebih meningkatkan perkembangan penyakit
Pengendalian Penyakit
Jarang dikendalikan karena kurang merugikan. Beberapa varietas padi dilaporkan tahan terhadap U. Virens. Beberapa jenis fungisida dapat secara efektif mengendalikan gosong palsu
10. Bercak daun coklat
Umum terdapat di negara penghasil padi dunia (tropis dan subtropis). Di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh van Breda de Haan pada tahun 1900. Terdapat terutama pada pertanaman yang kurang baik keadaannya (kekurangan air atau unsur hara)
Gejala Penyakit
Dapat muncul pada semai, daun, bulir padi (disebut kerusakan fase 1, 2, 3) Pada persemaian bibit yang terinfeksi busuk pada koleoptil, batang dan akar sehingga mati. Gejala pada daun berupa bercak memanjang (oval) bertepi coklat tua dan bagian tengah kuning pucat, kelabu, dan kadang dikelilingi “halo”. Bila terserang berat daun menjadi kering, batang dan tangkai bulir terinfeksi patah sehingga biji keriput; atau tanaman tidak membentuk malai atau malai tidak keluar dari upih. Pada bulir padi hanya sebagian biji pada malai yang terserang; bercak berwarna coklat
Penyebab Penyakit
Penyakit disebabkan pleh Dreschslera oryzae atau Bipolaris oryzae atau Helminthosporium oryzae. Di atas permukaan bercak, konidiofora menyangga 1-6 konidia. Konidium melengkung, di tengah agak lebar, bersekat 6-14, berhilum, kecoklatan. Konidium berkecambah dari kedua sel ujung. Cendawan dapat menghasilkan enzim proteolitik penghancurkan dinding sel, dan juga menghasilkan cochliobolin atau opiobolin, yaitu toksin penghambat pertumbuhan akar dan pengganggu respirasi daun
Siklus Penyakit
Miselium dan konidia dapat bertahan dalam biji selama 4 tahun; atau pada jerami atau tanah. Konidia terbawa angin atau benih; tanah terinfestasi; sisa tanaman atau gulma sakit sumber infeksi primer. (Gulma: Leersia hexandra, Cynodon dactylon, Digitaria sanguinalis, Eleusine indica, E. corona). Konidium berkecambah dari kedua sel ujung, penetrasi epidermis inang dengan/tanpa apresorium, perkecambahan perlu air bebas dan suhu 16-30C/optimum 20-30C. Polycyclic terjadi bila ada infeksi, muncul gejala, sporulasi kemudian konidia menginfeksi tanaman baru, siklus tersebut berulang kembali.
Faktor yang Mempengaruhi Penyakit
Ketahanan tanaman berbeda dan berkorelasi dengan ketebalan sel epidermis dan lapisan kutikula, kandungan silikat dalam sel, dan kecepatan akumulasi polifenol saat infeksi. Tanaman padi bertambah rentan semakin bertambahnya umur dan eriode paling rentan saat pembentukan bunga dan buah. Padi yang ditanam di tempat kering (padi gogo) lebih rentan. Hal ini berhubungan dengan kelembaban tanah dan udara. Kelebihan/kekurang nitrogen memperparah penyakit. Selain itu insiden penyakit lebih banyak pada tanaman kekurangan besi, mangan atau kalium.
Pengendalian Penyakit
Memperbaiki cara bertanam: pemupukan seimbang; pengairan yang cukup; penanaman serempak. Patogen bertahan dalam tanah sehingga perlu pergiliran tanaman. Sanitasi yaitu eleminasi sisa tanaman dan gulma sakit. Untuk mengindari terbawa benih perlakuan dengan fungisida atau air panas.
PENYAKIT BERCAK COKLAT SEMPIT
Pertama kali dilaporkan di Indonesia (Jawa) pada tahun 1900 oleh Raciborski dan kemudian di Jepang tahun1906. Saat ini telah tersebar di semua negara penghasil padi dunia dan dikenal dengan narrow brown leaf spot
Gejala Penyakit
Gejala muncul selama fase reproduksi tanaman padi dan gejala paling berat tampak sekitar sebulan sebelum panen. Dicirikan oleh bercak adanya sempit memanjang pada daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan tulang daun. Pada serangan yang berat bercak dapat timbul pada seludang daun, batang, dan bulir. Bercak cenderung lebih sempit, lebih pendek dan berwarna lebih gelap pada varietas padi yang resisten
Penyebab Penyakit
Penyakit disebabkan pleh Cercospora janseana atau Cercospora oryzae atau Sphaerulina oryzina (stadium sempurna). Konidiofora berwarna coklat, tumbuh di atas bercak sendiri-sendiri atau berkumpul sampai tiga. Konidium dibentuk di atas konidiofora, berbentuk gada terbalik, bersekat 3 – 10.
Siklus Penyakit
Konidia disebarkan oleh angin dan infeksi terjadi melalui stomata, hifa berkembang di ruang antar sel. Masa inkubasi sebulan atau lebih: gejala tampak lambat di lapang walaupun infeksi terjadi saat tanaman muda. Patogen dapat bertahan hidup pada jerami atau bulir padi atau gulma (Panicum repens)
Faktor yang Mempengaruhi Penyakit
Kerentanan varietas padi terhadap race cendawan dan fase pertumbuhan tanaman adalah faktor yang menentukan perkembangan penyakit. Semua stadia pertumbuhan tanaman padi rentan terhadap infeksi C. oryzae. Pembentukan dan pengisian malai adalah saat paling rentan
Pengendalian Penyakit
Penanaman jenis padi yang tahan. Penyemprotan dengan benomil atau mankozeb dapat meningkatkan (menyelamatkan) hasil 30%
Apa itu jamur ?
Jamur merupakan mikrorganisme yang mempunyai dinding sel,
umumnya tidak bergerak, tidak mempunyai klorofil serta tidak mampu melakukan
proses fotosintesis atau menhasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air
(organisme heterotrof). Klasifikasi jamur terbagi atas Divisio Oomycotina,
Divisio Zygomycotina, Divisio Ascomycotina, Divisio Basidiomycotina, dan
Divisio Deuteromycotina (Robinson, 2001).
Sifat hidup jamur terbagi atas :
Saprofit yakni sebagai organisme saprofit fungi hidup dari
benda-benda atau bahan-bahan organik mati. Saprofit menghancurkan
sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan yang
kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini kemudian
dikembalikan ke tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Parasit yakni fungi parasit menyerap bahan organik dari
organisme yang masih hidup yang disebut inang. Fungi semacam itu dapat bersifat
parasit obligat yaitu parasit sebenarnya dan parasit fakultatif yaitu organisme
yang mula-mula bersifat parasit , kemudian membunuh inangnya, selanjutnya hidup
pada inang yang mati tersebut sebagai saprofit.
Simbion yakni jamur dapat bersimbiosis dengan organisme
lain. Simbiosis dengan laga menghasilkan liken atau lumut kerak, sedangkan
simbiosis dengan akar tumbuhan konifer menghasilkan mikoriza.
Jamur (fungi) memilki peran yang menguntungkan &
merugikan. Peran menguntungkannya adalah sebagi berikut :
Berperan sangat penting dalam siklus materi terutama siklus
karbon, yang berperan bagi kelangsungan hidup seluruh organisme.
Sebagai dekomposer kedua kelompok tersebut dapat menguraikan
sisa-sisa tumbuhan, bangkai hewan dan bahan-bahan organic lainnya dan hasil
penguraianya dikembalikan ke tanah sehingga dapat menyuburkan tanah.
Selain itu, fungi saprofit bersama dengan protozoa dan
bakteri saprofit merupakan organisme yang dapat menguraikan sampah.
Berperan dalam industri fermentasi tersebut adalah fungi,
terutama dari kelompok ragi. Contoh hasil fermentasi adalah: bir,roti,asam
sitrat atau 2-hidroksipropan serta asam trikasboksilat.
Berperan dalam industri antibiotik, antibiotik ini
dihasilkan oleh fungi Penicllium notatum.
Dapat sebagai bahan baku
sumber makanan baru yaitu protein sel tunggal (PST).
Sumber makanan bagi manusia, contoh: Agaricus campestris,
Volvariella volvaceae, Lentinus edodes, Pleurotes, Tuber melanosporum, Boletus
spp, Cantharellus cibaricus dan lain-lain.
Selain memiliki peran yang menguntungkan, jamur (fungi) juga
memiliki peran yang merugikan, berikut diantaranya :
Dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas makanan maupun bahan-bahan
lain yang penting bagi manusia.
Fungi dapat juga menyerang bahan-bahan lain yang bernilai
ekonomi seperti kulit, kayu, tekstil dan
bahan-bahan baku pabrik lainnya.
Fungi juga dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit.
Fungi pada umumnya lebih sering menyebabkan penyakit pada tumbuhan dibanding
pada hewan atau manusia.
Fungi dapat menghasilkan racun, racun yang dihasilkan beberapa fungi seperti
seperti Amanita phalloides, A.muscaria maupun Aspergillus flavus (menghasilkan
aflatoksin) yang sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan
penyakit kronis seperti kanker dan bahkan kematian.
Contoh Morfologi, gejala serangan , dan Klasifikasi Ilmiah hama tanaman Palawija
Dalam ilmu pertanian, mengetahui morfologi dan klasifikasi ilmiah hama tanaman merupakan hal yang wajib harus diketahui sebagai akademisi pertanian. Oleh karena itu, berikut akan disajikan kumpulan-kumpulan nama hama tanaman yang sering menjadi hama penting dalam pertanian kita.
1. Nezara Viridula (kepik Hijau )Klasifikasi ilmiah :
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula
Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala berwarna hijau serna pronotumnya berwarna jingga dan kuning keemasan, kuning kehijauan dengan tiga bintik berwarn hijau dan kuning polos. Telur diletakkan berkelompok (10-90 butir/kelompok) pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar. Pada kedelai nimfa dan imago terutama mengisap polong.
Gejala serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi mengempis, polong gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman terhadap serangan penghisap polong ini adalah pada stadia pengisian biji. Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara mengisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.
2. Ulat Kubis (Pluttela xylostella)
Klasifikasi ilmiah :
Filum (Phylum) : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
spesies : Plutella xylostella
Hama ulat daun kubis dilaporkan berasal dari daerah Mediterranean di Eropa Selatan, yang merupakan sumber berbagai jenis brasika. Hama ini tersebar luas di areal yang ditanami brasika, mulai dari daerah Amerika Utara dan Selatan, Afrika, China, India, Jepang, Asia Tenggara termasuk Indonesia, Selandia Baru, dan Australia.
Telur kecil bulat atau oval ukuran 0,6 x 0,3 mm, berwarna kuning, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di bawah daun kubis. Namun, di laboratorium bila ngengat (dewasa) betina dihadapkan pada tanaman muda maka mereka bertelur pada bagian batang. Stadium telur antara 3-6 hari.
Larva (ulat) terdiri dari 4 instar, berwarna hijau, lincah, dan bila tersentuh larva akan menjatuhkan diri.. Larva instar pertama setelah keluar dari telur segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari daun dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan, perkembangan larva dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm. Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki stadium pupa. Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari.
Serangga dewasa berupa ngengat (kupu-kupu) berukuran kecil, berbentuk ramping, berwarna coklat-kelabu, panjangnya ±1,25 cm, sayap depan bagian dorsal memiliki corak khas yaitu tiga titik kuning seperti berlian, sehingga hama ini terkenal dengan nama ngengat punggung berlian (diamondback moth). Nama lain dari serangga tersebut adalah ngengat tritip dan ngengat kubis (cabbage moth). Aktif pada malam hari (nocturnal), dapat berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain dengan bantuan hembusan angin. Siklus hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu mulai dari telur hingga menjadi dewasa.
Stadium yang membahayakan adalah larva (ulat) karena menyerang permukaan daun dan melubangi daging daun (epidermis). Gejala serangan yang khas adalah daun berlubang-lubang seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja. Akibat serangan hama ini, kehilangan hasil dapat mencapai 58%-100%, terutama di musim kemarau.
Selain menyerang tanaman kubis, hama P. xylostella juga ditemukan menyerang berbagai jenis tanaman yang masih termasuk famili Brassicaceae (Cruciferae) seperti : lobak, lobak cina, petai, brokoli, kembang kol, dan mustard. Tanaman brassica liar seperti misalnya B. elongata, B. fruticulosa, Roripa sp. dan lainnya juga menjadi inang ulat kubis.
Cara pengendalian, dapat Melakukan pergiliran tanaman yang bukan famili brassicaceae, tumpang sari tanaman kubis dengan tomat, daun bawang dan jagung, serta penanaman tanaman perangkap seperti Rape di sekeliling kebun.
Musim tanam. Lebih baik untuk menanam kubis dan brassica lain pada musim hujan, karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan.
Melepaskan musuh alami berupa predator (Paederus sp, Harpalus sp.) atau parasitoid (Cotesia plutella, Diadegma eucerophaga, dan D. semiclausum), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya.
Dengan mekanis , dapat Membuat perangkap ngengat berupa sex feromon sintesis yang disebut ugratus Ungu yang dipasang di sekitar kebun kubis. Sedangkan secara kimiawi, Aplikasi ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang ekonomi, dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC, atau penyemprotan insektisida biologi berbahan aktif Bacillus thuringiensis.
3. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens )
Klasifikasi ilmiah
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Homoptera
Sub Ordo : Auchenorrhyncha
Family : Delphacidae
Sub Family : Fulgoroidea
Genus : Nilaparvata
Spesies : Nilaparvata lugens
Wereng batang coklat termasuk ordo, famili De Perkembangan hidupnya telurnimfa- imago. Serangga perusaknya nimfa dan imago, nimfa mengalami 5 kali ganti kulit (5 instar). Stadia nimfa berlangsung kira-kira 30 hari. Imago betina dapat bertelur hingga 600 telur, yang diletakkan berjajar 5-30 telur per kelompok. Selain badannya berwarna coklat terdapat tiga buah garis yang samar-samar. Panjang wereng 3-41/2 mm, lebar 2-2.8 mm.
Gejala pada Tanaman padi berubah warna menjadi kekuning-kuningan, kemudian mengering. Pada kelompok tanaman yang mengering, akan kelihatan seperi terbakar, disebut ”hopper burn ”. Tanaman yang tidak mengering dapat mengalami hambatan pertumbuhan, yaitu kerdil rumput. Kerdil rumput ini disebabkan oleh virus/mikoplasma yang ditularkan oleh wereng tersebut. Serta gejala Kerdil rumput ditandai dengan : Tanaman tetap kerdil (termasuk batang dan daun), walaupun tanaman tersebut dapat bertunas banyak dan tumbuh segar.
4. Belalang Hijau (Oxya chinensis )
Klasifikasi Ilmiah Belalang Hijau Oxya chinensis
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Oxya
Species : Oxya chinensis
Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan tebal dan permukaan luarnya halus yang mengandung zat tanduk sehingga disebut elytra, sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput.Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan.
Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago).
Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Tipe mulut menggigit. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
Hama ini biasanya memakan organ tumbuhan seperti daun, batang, dll. Organ tersebut akan kehilangan separuh dari strukturnya. Terutama struktur luar seperti epidermis, serat daun, dsb. Namun, tidak terlalu bahaya karena tidak merusak organ dalam dari tanaman.
5. Ulat buah tomat (Helicoverpa armigera)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuide
Genus : Helicoverpa
Spesies : Helicoverpa armigera
panjang ulat ± 4 cm dan akan makin panjang pada temperatur rendah. Warna ulat bervariasi dari hijau, hijau kekuning-kuningan, hijau kecoklat-coklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada badan ulat bagian samping ada garis bergelombang memanjang, berwarna lebih muda. Pada tubuhnya kelihatan banyak kutil dan berbulu. Larva terdiri dari lima instar, lama stadium larva berkisar antara 12-25 hari. Telur berbentuk bulat berwarna kekuning-kuningan mengkilap dan sesudah 2-4 hari berubah warna menjadi coklat. Panjang sayap ngengat bila dibentangkan ± 4 cm dan panjang badan antara 1,5-2,0 cm. Sayap bagian muka berwarna coklat dan sayap belakang berwarna putih dengan tepi coklat. Pupa dibentuk dalam tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning, kemudian berubah kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama stadium pupa adalah 15-21 hari.
ulat ini menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering membuat lobang pada buah tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi pada umumnya terkena infeksi sehingga buah menjadi busuk lunak. Pengendalian: (1) ngengat tertarik pada cahaya ultraviolet sehingga dengan sinar tersebut diadakan perangkap; (2) telur dan ulat adapat dikumpulkan dan dibakar atau dimatikan; (3) ditepi kebun ditanam jagung untuk mengurangi serangan pada tanaman tomat; (4) tanaman liar disekitar areal pertanaman tomat dibersihkan; (5) disemprot dengan insektisida, misalnya Diazinon dan Cymbush.
6. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Agrotis
Spesies : Agrotis ipsilon
Pupa berwarna coklat terang berkilauan atau coklat gelap. Pupa dibentuk di permukaan bawah tanah dengan kokon terbuat dari tanah. Fase pupa adalah 5 – 6 hari. Daur hidup A. ipsilon dari telur sampai dewasa adalah 36 – 42 hari. Lamanya daur hidup tergantung pada tinggi rendahnya suhu udara.
Gejala serangan ditandai dengan terpotongnya tanaman pada pangkal batang atau tangkai daun. Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati. Kerusakan berat biasanya terjadi pada awal musim kemarau. Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.
7. Kutu Daun (Aphis cracivora Koch)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Antropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis cracivora Koch
Kutu hijau ini menjadi vektor (penyalur) virus sehingga tomat dapat terserang penyakit virus. Ciri: kutu ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Panjang kutu yang bersayap antara 2-2,5 mm, kepala dan dadanya berwarna coklat sampai hitam dan perutnya hijau kekuning-kuningan. Ukuran antena sepanjang badannya. Panjang kutu yang tidak bersayap antara 1,8-2,3 mm berwarna hijau kekuning-kuningan. Gejala: daun tomat yang diserang bentuknya jelek, keriting, kerdil, melengkung ke bawah, menyempit seperti pita, klorosis, mosaik dan daun menjadi rapuh.
Pengendalian: (1) gulma di sekitar areal tanaman tomat harus dibersihkan karena dapat menjadi tempat berlindung kutu; (2) pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara dipijit sehingga kutu aphis tersebut mati; (3) pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida.
8. Kutu kebul (Bemisia tabaci)
Kingdom : Animalia
Divisi : Anthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Homoptera
Famili : Aleyrodidae
Genus : Bemisia
Spesies : Bemisia tabaci
Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap jernih, ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Ukran tubuhnya berkisar 1-1,5 mm. Telur berwarna kuning terang dan bertangkai seperti kerucut. Stadia telur berlangsung selama 6 hari. Serangga muda yang baru keluar dari telur berwarna putih pucat, tubuhnya berbentuk bulat telur dan pipih. Hany instar satu yang kakinya berfungsi, sedangkan instar dua dan tiga melekat pada daun selama masa petumbuhannya. Panjang tubuh nimfa 0,7 mm. Stadia pupa terbentuk pada permukaan daun bagian bawah. Stadia pupa terbentuk pada permukaan daun bagian bawah.
Daur hidup kutu kebul berlangsung selama 25 hari. Stadia telur 6,5 hari, stadia nimfa 10,2 hari dan stadia pupa 8 hari. Lama hidup jantan 7 hari dan betina 21 hari. Seekor betinamampu bertelur 60- 125 butir.
Imago menyukai daun-daun muda bagian atas tanaman. Imago berada dan meletakkan telur di permukaan bawah daun muda. Telur diletakkan secara tunggal. Instar 1 bergerak aktif selama1 sampai 2 hari. Sedang instar 2 dan 3 menetap pada permukaan bawah daun. Kutu kebul dapat berkembangbiak secara parthenogenesis. Kutu betina yang kawin meletakkan telur yang lebih banyak daripada yang tidak kawin.
9. Kutu daun (Thrips parvispinus)
Klasifikasi Illmiah
Kingdom : Animalia
Divisi : AnthropodaKelas : Insecta
Ordo : Tysanoptera
Famili : Tripidae
Genus : Thrips
Spesies : Thrips parvispinus
Ciri: panjang thrips antara 1-1,2 mm, berwarna hitam, bergaris merah atau tidak bercak merah. Nimfa (thrips muda) berwarna putih atau putih kekuningan, tidak bersayap dan kadang-kadang berbercak merah. Thrips dewasa bersayap dan berambut berumbai-rumbai. Telur thrips berbentuk seperti ginjal atau oval.
Gejala: Thrips mengisap cairan pada permukaan daun dimana daun yang telah diisap menjadi berwarna putih seperti perak karena udara masuk ke dalamnya. Bila terjadi serangan hebat, daun menjadi kering dan mati. Tanaman muda yang terserang akan layu dan mati. Pengendalian: (1) tanaman yang kekurangan air lebih banyak diserang thrips. Untuk itu, tanaman tomat harus disiram dengan air yang cukup; (2) gulma di areal tanaman tomat harus dibersihkan agar tidak menjadi tempat berlindung thrips; (3) disemprot dengan insektisida, misalnya Diazinon, Malathion dan Monocrotophos.
10. Orycthes rhinoceros (kumbang tanduk )
Klasifikasi ilmiah :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Species : Oryctes rhinoceros L.
Kumbang tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan hama yang utama menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di areal peremajaan kelapa sawit. O. rhinoceros menggerek pucuk kelapa sawit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik tumbuh sehingga mematikan tanaman (Susanto dan Utomo, 2005).
Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulu-bulu halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda diareal peremajaan (Purba. 2005).
kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian salah satu ketiak pelepah daun paling atas. Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf ”V”. Gejala ini merupakan ciri khas kumbang O. rhinoceros (Purba, dkk. 2008). Serangan hama O. rhinoceros dapat menurunkan produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 % (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009)
Oryctes Rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang sudah dewasa. Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya. Tanaman tertentu lebih sering diserang. Tanaman yang sama dapat diserang oleh satu atau lebih kumbang sedangkan tanaman di dekatnya mungkin tidak diserang.. Kumbang dewasa terbang ke ucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat, kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Setelah kumbang menggerek kedalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun mudah yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa Oryctes (Anonim, 1989).
Selasa, 01 Desember 2015
TAKSONOMI FAMILY DAN GEJALA SERANGAN KUTU TANAMAN
Kutu tanaman termasuk dalam kelmpok serangga ordo Hemiptera, subordi Sternorrhyncha dan superfamili Coccoidea (kutu tanaman). Dalam superfamili ini terdapat berbagai jenis kutu tanaman dan yang paling sering ditemukan menyerang tanaman hias maupun tanaman pertanian adalah family Aleyrodidae (kutukebul), Aphididae (kutu daun), Diasphididae (kutu perisai), Coccidae (kutu tempurung), Pseudococcidae (kutu putih) dan Margarodidae (kutu kapuk). Dari kelompok kutu tanman tersebut kelompok kutu daun merupakan serangga hama yang semua tahapan fase perkembangannya bebas bergerak.
1. Family Aleyrodidae
Aleyrodidae merupakan family kutu kebul yang terdiri lebih dari 1500 spesie. Kutu kebul jantan dan betina keduanya mempunyai dua pasang sayap berupa selapu tipis keputiha. Kebanyakan spesies kutu kebul membentuk benang-benang lilin yang menyelimuti tubuh nimfa dan imagonya.
2. Family Aphididae
Anggota family Aphididae mempunyai nama umum kutu daun. Serangga ini mempunya cirri khas berupa adanya sepasang kornikel pada bagian ujung abdomen. Imago kutu daun yang bersayap akan ditemui bila jumlah populasi kutu daun tinggi. Semua kutudau yang ada di Indonesia berjenis kelamin betina. Kutu daun menyukai tanman di bagian puuk atau daun yang masiih muda. Serang awal dimulai dari permukaan bawah daun.
3. Family diaspididae
Family diaspididae mempunyai anggota terbanyak dibandingkan family kutu tanaman lainnya. Family ini mempunya naman umum kutu perisai. Kutu perisai berina menghasilkan suatu perisai tebal anti air dan hidup menempel pada tanaman inagn. Perisai berfungsi sebagai pelindung dan bisa terpisah dari tubuhnya. Perisai tersebut merupaka eksuvium nimfa instar dua dan kadan-kadand nimfa yang lebih tua. Perisai akan tetap ada sekalipun kutu perisai sudah mati.
4. Family coccidae
Family Coccidae biasa disebut dengan istilah ketu tempurung . tempurung ini merupakan struktur keras sebagai pelindung yang tidak bisa dilepas dari tubuhnya. Serangga betina bentuknya lebih pipih denga ukuran tubuh yang lebih panjang membulat dan integument lembut yang terkadang tertutup lilin. Tidak semua anggota kutu ini mempunyai antenna. Serangga jantan ada yang bersayap dan ada pula yang tidak bersayap.
5. Family Pseudococcidae
Family Pseudococcidae yang lebih dikenal dengan nama umum kutu putih, merupaka fammili yang paling banyak dijumpai menyerangnn tanaman hias. Kutu putih mengeluarkan lilin putih yang menutupi permukaan dan sekeliling tubuhnya, sehingga tampak berwarna keputihan bila dilihat sekilas. Namun demikian ada satu spesies yang tergolong kutu putih namun lilin yang menyelimuti tubuhnya berwarna coklat muda, yakni Nipaecoccus nipae.
Kutu putih betina berada secara morfologi dengan kutu putih jantan.kutu putih betina bentuknya mirip dengan kutu putih jantan. Kutu putih betina bentuknya mirip dengan serangga fase nimfa, tidak bersayap, dan relative diam menetap. Kutu putih jantan mempunyai sayap, sehingga lebih sering berpindah tempat . pada umumnya umur kutu putih jantan lebih pendek dari pada betina.
6. Family Margarodidae
Ukuran tubuh spesies anggota family ini paling besar dibandingkan anggrota spesies dari family sebelumnya , dapat mencapai 2 cm. tubuh ditutupi lilin seperti gumpalan-gumpalan berbentuk bantal. Warna lilin bervariasi, yani putih atau kunging. Warna kutikula dan isi tubuh biaisanya oranye dan warna antenna serta tungkai adalah hitam. Istilah umum yang digunakan untuk spesies anggota family margarodidae adalah kutu kapuk.
a. Metamorphosis
Serangga hama kutu tanaman paa umumnya mengalami metamorphosis paurometabola, urutan tahapan fase perkembangannya adalah telur, kemudian menetas menjadi serangga pradewasa disebut nimfa dan kemudian menjadi dewasa atau dikenal dengan instilah imago. Namun, bagi family yang memiliki bentuk bersayap, misalnya : kutuaun dan kutu kebul, kutu perisai jantan, kutu putih jantan dan kutu kapuk jantan, pada tahapan tertentu nimfa akan diam dan “berpupa” , karena itu seringkali kutu tanaman digolongkan sebagai mengalami metamorphosis peralihan antara paurometabola dan holometabola.
b. Gejala serangan
Berbagai jenis kutu tanaman di atas dapat menyerang berbagai jenis tanaman hias. Semua anggota ordo ini memiliki alat mulut berupa stilet yang digunakan untuk menusuk dan menghisap jaringn tanaman, baik pada bagian pucuk, daun maupun batang tanaman. Kerusak pada daun tanaman hias dapat berupa ejal nekrosis, malformasi daun, dan matinya pucuk tanaman.
Sepanjang hidupnya kutu tanaman hidup pada tanaman inang dan menusukkan alat mulut berupa stilet ke jarringan tanaman serta menghisapnya, sehingga memiliki ekskresi berupa cairan pula. Cairan tersebut dikeluarkan dari tubuh kutu berupa limbah pencernaan . ekskresi ini dikeluarkan melalui struktur berupa cincin anal dan biasanya menetas tidak jau dari tempat hidupnya atau terlontar ke helaian daun dibawahnya dikenal dengan istila embun madu. Akibat menumpuknya lapisan embun maduk pada permukaan adun maka akan menjadi media tumbuh cendawan berwarna hitam yang disebut embun gejala. Lapisan cendawan hitam itu seringkali menghalangi proses fotosintesa pada daun tersebut.
Adanya embun madu yang dikeluarkan kutu tanaman juga mengundang datangnya semut yang memanfaatkan embunmadu sebagai pakannya. Segi positif kehadiran semut ini adalah membantu kutu tanaman dari serangan musuh alami, baik dari golongan predator ataupun parasitoid, semut akan menghalau musuh alami yang mendekati kutu tanamanyang sedang bersimbiosis dengannya.
c. Identifikasi kutu tanaman
Nama ilmiah suatu kutu tanaman yang sudah umum ditemui dapat dikenali secara langsung berdasarkan morfologi tubuh imago pada saat masih hidup. Namun beberapa jenis yang jarang ditemukan maka identifikasi harus berdasarkan bentuk tubuh kutu imago betina yang telah dipreparasi dalam preparat mikroskop. Dalam pembuatan preparat mikroskop ini memerlukan pewawrna asam Fucshin . khusus untuk kutu daun , asam Fuchsin tidak diperlukan karena pigmentasi intiegumennya sudah cukup baik.
OLEH : DIREKTORAN PERLINDUNGAN HOTIKULTURA , JAKARTA
Tumbuhan gulma tanaman padi, jagung, dan palawija lainnya
1. Alang-alang (Imperata cylindrica)
Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrical
Alang alang adalah salah satu gulma perennial yang memiliki sistem perakaran (rhizoid) meluas dengan tinggi tanaman maksimal 100 cm. Alang-alang selalu menjadi gulma penting bagi hampir semua tanaman budidaya di daerah tropis. Tingkat penyebaran, perkembangan, dan daya alelopatinya yang tinggi menyebabkan keberadaan alang-alang di lahan budidaya sering menyebabkan penurunan produktivitas tanaman. Alang-alang diketahui menyebar hingga berbagai Negara di dunia, meliputi Negara di benua Asia, Afrika, Eropa, Australia, dan Amerika. Kendati demikian, alang-alang tidak ditemukan dalam skala luas di daerah sub tropis hingga kutub.
Dalam klasifikasi tanaman, alang alang tergolong ke dalam tanaman yang berkelas keping biji satu (monokotil), ordo glumiflorae, family rumput-rumputan (gramineae), genus imperata, dan spesies Imperata cylindrical. Sebenarnya ada 2 jenis imperata yang bias disebut alang-alang. Yang pertama adalah Imperata cylindrical yang bunganya berstamen dua, sedangkan yang kedua adalah imperata yang bunganya berstamen tunggal yaitu Eriopigon. Beberapa genus imperata yang saat ini sudah dikenal antara lain Imperata cylindrica, Imperata tonnis, Imperata brevifolia, Imperata brasiliensis, Imperata exaltta, Imperata contracta, dan Imperata chresmani.
Alang-alang dapat memperbanyak diri secara vegetatif melalui rhizoma dan secara generatif melalui pembungaan dan biji. Rhizome dapat melakukan penetrasi hingga diameter 15 sd 40 cm, sedangkan akar yang tumbuh vertikal dapat mencapai kedalaman antara 60 sd 150 cm. rhizzoma berwarna putih , beruas pendek, berwarna putih, sukulen, dan berasa manis karena memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Gulma ini tumbuh hingga ketinggian tak kurang dari 1 meter. Daun alang-alang tumbuh tegak dengan pelepah daun yang memiliki permukaan yang halus serta tulang daun utama berwarna keputihan. Alang-alang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat karena memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi pada berbagai kondisi lingkungan.
Gulma alang-alang memang tergolong gulma yang sangat sulit dikendalikan.Hal ini karena alang-alang dapat beregenerasi dengan cepat melalui stolon dan bijinya. Alang-alang pun memiliki ketahanan hidup yang tinggi pada kondisi lingkungan yang beragam. Kendati demikian, pertumbuhan alang-alang akan terhambat dan berangsur-angsur terkendalikan melalui perlakuan naungan yang gelap. Naungan diperoleh dengan penanaman pohon penaung yang dapat tumbuh cepat dengan daya naung tinggi seperti leucaena glauca.
2. Kirinyuh/ tekelan (Crhomolaena odorata L)
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Chromolaena
Spesies : Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins
bentuk akar pada tumbuhan Chromolaena odorata memiliki sususnan akar berupa akar tunggang, besar dan dalam. Akar tunggang tersebut adalah akar tunggang bercabang. Akar ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, dan bercabang. Warna akar kekuning-kuningan.
adapun Bagian-bagian akarnya :
1) Leher akar / pangkal akar (collum)
2) Ujung akar (apex radicis)
3) Batang akar (corpus radicis)
4) Cabang-cabang akar (radix lateralis)
5) Serabut akar (fibrilla radicalis)
6) Rambut / bulu akar (pilus radicalis)
7) Tudung akar (calyptra)
Pada tumbuhan Chromolaena odorata memiliki struktur batang yaitu :
a) Batang berbentuk bulat (teres)
b) Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus)
c) Pada permukaan batang terdapat rambut (pilosus)
d) Percabangan pada batang merupakan cara percabangan monopodial, dimana batang pokok tampak
Pada tumbuhan Chromolaena odorata memiliki struktur daun tidak lengkap . Karna hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja. Adapun struktur-struktur daun adalah sebagai berikut :
Tangkai daun kirinyuh (Chromolaena odorata) ini atau kirinyuh adalah setengah lingkatan. Helaian daun kirinyuh (Chromolaena odorata) memiliki bagian bawah yang terlebar sehingga bentuk daun ini yaitu bangun segitiga. Pada Susunan tulang daun terdapat :
• Ibu tulang (Costa)
• Tulang-tulang cabang (nervus letaralis)
• urat-urat daun (vena)
Chromolaena odorata merupakan gulma bagi pertanian karena pertumbuhannya yang cepat, sehingga menggu produksi tanaman pertanian dan dapat menutupi lahan pertanian.
Chromolaena odorata dikenal pula dengan nama tekelan maupun kirinyuh. Chromolaena odorata merupakan tumbuhan perdu berkayu tahunan. Gulma ini mempunyai cirri khas: daun berbentuk segita, mempunyai tiga tulan daun yang nyata terlihat dan bila diremas akan terasa bau yang khas, percabangan berhadapan, perbungaan majemuk yang dari jauh terlihat berwarna putih. Penyebaran meliputi 50 – 1000 m diatas permukaan laut (Nasution, 1986).
Chromolaena odorata adalah salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai larvasida alami. Tumbuhan ini mengandung senyawa fenol, alkaloid, triterpenoid, tanin,flavonoid (eupatorin) dan limonen. Kandungan tanin yang terdapat dalam daun kirinyuh adalah 2,56%.
3. Rumput teki (Cyperus rotundus)
Klasifikasi Ilmiah

Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Cyperales
Family : Cyperaceae
Genus : Commelina
Spesies : Cyperus rotundus L.
Akar Rumput teki(Cyperus rotundus L.) merupakan sistem perakaran serabut, akar rumput teki memiliki banyak percabangan dan akar rumput teki memiliki banyak anak cabang akar, akar rumput teki memiliki rambut-rambut halus. Akar rumput teki tumbuh memanjang dan menyebar di dalam tanah.
Batang Rumput teki(Cyperus rotundus L.) tumbuh tegak, berbentuk segitiga, berongga kecil dan agak lunak, tingginya 10-30 cm dan penampangnya 1-2 mm. membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang panang yang dapat membentuk tunas baru, daun-daun terdapat di pangkal batang.
Daun Rumput teki(Cyperus rotundus L.) berbangun daun garis, licin, tidak berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang membujur di bagian tengah, ujungnya agak runcing, lebih pendek dari batang yang membawa bunga, lebarnya 2-6 mm.
Bunga Rumput teki(Cyperus rotundus L.) memiliki bulir longgar terbentuk di ujung batang, braktea dua sampai empat, tidak rontok, panjangnya lebih kurangnsama atau melebihi panjang perbungaan, bercabang utama tiga sampai Sembilan yang menyebar, satu bulir berbunga sepuluh sampai empat puluh.
Buah Rumput teki(Cyperus rotundus L.) berbentuk bulat telur berisi tiga, panjangnya kurang lebih 1,5 mm, buah rumput teki memiliki warna coklat kehitam-hitaman. Buah rumput teki tersusun berselang-seling sedikit bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu, buah rumput teki berbentuk bulat telur dan lepes.
Biji Rumput teki(Cyperus rotundus L.) terdiri dari sepuluh sampai empat puluh buliran yang tersusun berselang-seling sedikit bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu, biji berbentuk bulat telur dan lepes, panjangnya kurang lebih 3 mm, berwarna coklat kemerah-merahan, benang sari dan putik tersembul keluar.
4. Ciplukan (physalis angulata)

klasifikasi Ilmiah
kerajaan :plantae
phylum : magnoliophyta
kelas : Magnoliopsida
ordo : Asterales
famili : Asteraceae
genus :Chromolaena
spesies : Chromolaena odorata
Ceplukan atau ciplukan yang dalam bahasa latin disebut sebagai Physalis angulata merupakan salah satu tumbuhan herbal yang hidup semusim dan mempunyai tinggi sekitar 1 meter saja. Ceplukan atau ciplukan (Physalis angulata) yang mempunyai buah khas yang tertutup oleh pembesaran kelopak bunga ini kaya akan berbagai manfaat terutama sebagai tanaman herbal (obat-obatan).
Ceplukan atau ciplukan dikenal dengan berbagai nama daerah (lokal) seperti keceplokan, ciciplukan (Jawa), nyornyoran, yoryoran, (Madura), cecendet, cecendetan, cecenetan (Sunda), kopok-kopokan, kaceplokan, angket (Bali), leletep (sebagian Sumatra), leletokan (Minahasa), Kenampok, dedes (Sasak), lapunonat (Tanimbar, Seram), daun kopo-kopi, daun loto-loto, padang rase, dagameme, angket, dededes, daun boba, dan lain-lain.
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai cutleaf groundcherry, wild tomato, camapu, dan winter cherry. Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin) disebut sebagai Physalis angulata yang bersinonim dengan Physalis minima dan Physalis peruviana.
Pohon ceplukan diduga berasal dari daerah tropis Amerika dan tersebar ke berbagai kawasan di Amerika, Pasifik, Australia, dan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, ciplukan tumbuh secara alami di semak-semak dekat pemukiman hingga pinggiran hutan. Tumbuhan yang kaya manfaat sebagai obat-obatan (herbal) ini mampu hidup hingga ketinggian 1.600 meter dpl.
Buah ciplukan yang kaya manfaat
Daun Ciplukan (Physalis angulata) bermanfaat sebagai obat penyembuhan patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing nanah. Sedangkan buah ciplukan sendiri sering dimakan langsung untuk mengobati epilepsi, sulit buang air kecil, dan penyakit kuning.
Pada pohon ceplukan mengandung senyawa-senyawa aktif yang antara lain saponin (pada tunas), flavonoid (daun dan tunas), polifenol, dan fisalin (buah), Withangulatin A (buah), asam palmitat dan tearat (biji), alkaloid (akar), Chlorogenik acid (batang dan daun), tannin (buah), kriptoxantin (buah), vitamin C dan gula (buah).
Ceplukan dapat dimanfaatkan sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, analgesik, dan sitotoksik. Juga sebagai peluruh air seni (diuretic), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh dan anti tumor.
Melihat aneka manfaat pohon ciplukan yang sedemikian besar sungguh mengherankan hingga sekarang belum ada satupun yang berusaha membudidayakannya. Tanaman ceplukan masih dibiarkan tumbuh liar secara alami. Dan kemarin, saya iseng-iseng mencari sosok pohon ceplukan disekitar tempat tinggal saya untuk mengambil gambarnya, tetapi hasilnya nihil. Saya hanya bisa menemukan gambar pohon kaya manfaat ini melalui bantuan ‘Om Google’.
4. Apu-apu (phystia stratiotes)
Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan : Plantae.
Filum : Tracheophyta.
Kelas : Liliopsida.
Ordo : Alismatales.
Famili : Araceae.
Genus : Pistia.
Spesies : Pistia stratiotes L.
Apu-apu, kapu-kapu, atau kayu apung (Pistia stratiotes) menjadi salah satu tanaman air yang multifungsi. Selain sebagai penghias (tanaman hias air), apu-apu berfungsi juga sebagai pembersih dari pencemaran air. Selain itu, tumbuhan air apu-apu, termasuk salah satu tanaman hias yang mudah perawatannya dan bandel.
Nama latin tanaman hias ini adalah Pistia stratiotes L. Nama sinonimnya sangat banyak seperti Apiospermum obcordatum (Schleid.) Klotzsch, Limnonesis commutata (Schleid.) Klotzsch, Pistia aegyptiaca Schleid., Pistia amazonica C.Presl, Pistia crispata Blume, Pistia horkeliana Miq., Pistia obcordata Schleid., Pistia weigeltiana C.Presl, hingga Zala asiatica Lour.
Dalam bahasa Inggris kerap dinamai water cabbage, water lettuce, Nile cabbage, atau shellflower. Sedangkan di Indonesia sendiri pun memiliki beberapa sebutan mulai dari apu-apu, kapu-kapu, kiapu, ki apung, kayu apu, atau kayu apung.
Apu-apu merupakan tumbuhan dari family Araceae (talas-talasan) dan satu-satunya anggota genus Pistia. Daunnya berwarna hijau atau hijau kebiruan dan berubah kekuningan saat tua dengan ujung membulat dan pangkal agak meruncing. Ukuran daun memiliki panjang sekitar 2-10 cm dengan lebar antara 2-6 cm. Tepi daun berlekuk-lekuk dan memiliki rambut tebal yang lembut pada permukaannya. Daun daun tebal, kenyal, dan lembut, sepintas membentuk pahatan seperti mahkota bunga mawar. Pertulangan daun sejajar. Daun-daun ini tersusun secara roset di dekat akar hingga membentuk bagian seperti batang tanaman.
Tanaman air apu-apu memiliki akar panjang (hingga 80 cm) yang berwarna putih. Akar menggantung di bawah roset dan memiliki stolon. Rambut-rambut akar membentuk suatu struktur seperti keranjang yang dikelilingi gelembung udara, sehingga meningkatkan daya apung tumbuhan itu.
Bunga apu-apu (Pistia stratiotes) bertipe bunga tongkol yang muncul di ketiak daun. Bunga berwarna keputihan, berukuran sekitar 1 cm. Buahnya buni, berbentuk bulat, berwarna merah, dengan ukuran 5-8 cm. Bijinya bulat, berwarna hitam, berukuran sekitar 2 mm.
Tanaman ini tumbuh di air yang tenang, seperti danau, kolam, rawa-rawa, hingga sungai yang aliran airnya tidak deras. Tumbuh mengapung di permukaan air yang banyak terkena sinar matahari. Berkembang biak secara generatif melalui biji dan vegetatif melalui stolon. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman air ini sangat cepat sehingga menjadikannya sebagai salah satu tanaman hias yang paling mudah perawatannya. Bahkan jika dibiarkan pertumbuhannya cenderung menjadi gulma.
Pemanfaatan tanaman apu-apu atau kayu apung (Pistia stratiotes) ini terutama sebagai tanaman hias pada kolam. Selain itu, tumbuhan ini dapat juga berperan sebagai pembersih air terutama untuk menyerap limbah akibat pencemaran bahan radioaktif dan logam berat yang terdapat di dalam air. Tumbuhan ini juga mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, minyak, lemak dan glikosid sehingga dapat pula digunakan sebagai bahan obat herbal dalam mengobati demam, batuk rejan, dan pelancar air seni.
Tanaman dengan beberapa sebutan yang nyaris mirip mulai dari apu-apu, ki apu, kapu-kapu, ki apung, kayu apu, atau pun kayu apung ternyata bukan sekedar tanaman air hias yang berfungsi sebagai penghias kolam belaka. Ternyata di balik kesederhanaannya, ki apu memiliki keampuhan dalam menyerap pencemaran air, bahan radioaktif, dan logam yang terdapat di dalam air. Sehingga selain menikmati keindahan daunnya, air pun bisa menjadi lebih bersih. Namun mengingat pertumbuhannya yang cepat, dibutuhkan perawatan agar tanaman ini tidak menjadi gulma yang justru merugikan.
5. Patikan kebo (Euphorbia herta)
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia hirta L. (nama latin)
Patikan kebo (nama daerah)
Adapun morfologi dari tumbuhan patikan kebo, antara lain :
Akar patikan kebo mempunyai sistem perakaran tunggal dengan akar tambahan yaitu serabut akar yang muncul dari pangkal batang. Akar patikan kebo memiliki tudung akar yang berfungsi untuk menenbus tanah dan membentuk percabangan yang seluas-luasnya.
Batang patikan kebo berbentuk bulat dengan tinggi sekitar 0,1-0,6 mm. Batang utamanya berambut pada ujungnya. Batnag patikan kebo ini pada umumnya berwarna hijau tua. Batang ini seolah-olah berbuku-buku dan beruas-ruas. Namun nyatanya tidak sama. Batang patikan kebo ini memiliki serat-serat halus.
Daun patikan kebo ini bergaris dua, memanjat dengan miring. Ujung daun patikan kebo ini kerap kali bergerigi. Bagian bawah helaian daunnya berambut jarang. Daun patikan kebo memiliki panjang sekitar 0,5-5 cm.
Bunga patikan kebo tersusun dalam karangan bunga yang bertangkai pendek dan biasanya bunga ini duduk pada bagian ketiak daun patikan kebo. Bunganya memiliki bentuk setengah bola. Seolah-olah bunga patikan kebo ini seperti mata cincin yang letaknya di tengah atau diantara daun-daun yang berhadapan.
patikan kebo inimemiliki panjang sekitar 1 mm, rambut menempel. Buahnya meruupakan buah kendaga beruang tiga. . Buah patikan kebo merupakan buah sejati tunggal kering.
Langganan:
Postingan (Atom)