Selasa, 01 Desember 2015

TAKSONOMI FAMILY DAN GEJALA SERANGAN KUTU TANAMAN


    Kutu tanaman termasuk dalam kelmpok serangga ordo Hemiptera, subordi Sternorrhyncha dan superfamili Coccoidea (kutu tanaman). Dalam superfamili ini terdapat berbagai jenis kutu tanaman dan yang paling sering ditemukan menyerang tanaman hias maupun tanaman pertanian adalah family Aleyrodidae (kutukebul), Aphididae (kutu daun), Diasphididae (kutu perisai), Coccidae (kutu tempurung), Pseudococcidae (kutu putih) dan Margarodidae (kutu kapuk). Dari kelompok kutu tanman tersebut kelompok kutu daun merupakan serangga hama yang semua tahapan fase perkembangannya bebas bergerak.
1.    Family Aleyrodidae
Aleyrodidae merupakan family kutu kebul yang terdiri lebih dari 1500 spesie. Kutu kebul jantan dan betina keduanya mempunyai dua pasang sayap berupa selapu tipis keputiha. Kebanyakan spesies kutu kebul membentuk benang-benang lilin yang menyelimuti tubuh nimfa dan imagonya.

2.    Family Aphididae
Anggota family Aphididae mempunyai nama umum kutu daun. Serangga ini mempunya cirri khas berupa adanya sepasang kornikel pada bagian ujung abdomen. Imago kutu daun yang bersayap akan ditemui bila jumlah populasi kutu daun tinggi. Semua kutudau yang ada di Indonesia berjenis kelamin betina. Kutu daun menyukai tanman di bagian puuk atau daun yang masiih muda. Serang awal dimulai dari permukaan bawah daun.

3.    Family diaspididae
Family diaspididae mempunyai anggota terbanyak dibandingkan family kutu tanaman lainnya. Family ini mempunya naman  umum kutu perisai. Kutu perisai berina menghasilkan suatu perisai tebal anti air dan hidup menempel pada tanaman inagn. Perisai berfungsi sebagai pelindung dan bisa terpisah dari tubuhnya. Perisai tersebut merupaka eksuvium nimfa instar dua dan kadan-kadand nimfa yang lebih tua. Perisai akan tetap ada sekalipun kutu perisai sudah mati.

4.    Family coccidae
Family Coccidae biasa disebut dengan istilah ketu tempurung . tempurung ini merupakan struktur keras sebagai pelindung yang tidak bisa dilepas dari tubuhnya. Serangga betina bentuknya lebih pipih denga ukuran tubuh yang lebih panjang membulat dan integument lembut yang terkadang tertutup lilin. Tidak semua anggota kutu ini mempunyai antenna. Serangga jantan ada yang bersayap dan ada pula yang tidak bersayap.

5.    Family Pseudococcidae
Family Pseudococcidae yang lebih dikenal dengan nama umum kutu putih, merupaka fammili yang paling banyak dijumpai menyerangnn tanaman hias. Kutu putih  mengeluarkan lilin putih yang menutupi permukaan dan sekeliling tubuhnya, sehingga tampak berwarna keputihan bila dilihat sekilas. Namun demikian ada satu spesies yang tergolong kutu putih namun lilin yang menyelimuti tubuhnya berwarna coklat muda, yakni Nipaecoccus nipae.
Kutu putih betina berada secara morfologi dengan kutu putih jantan.kutu putih betina bentuknya mirip dengan kutu putih jantan. Kutu putih betina bentuknya mirip dengan serangga fase nimfa, tidak bersayap, dan relative diam menetap. Kutu putih jantan mempunyai sayap, sehingga lebih sering berpindah tempat . pada umumnya umur kutu putih jantan lebih pendek dari pada betina.

6.    Family Margarodidae
Ukuran tubuh spesies anggota family ini paling besar dibandingkan anggrota spesies dari family sebelumnya , dapat mencapai 2 cm. tubuh ditutupi lilin seperti gumpalan-gumpalan berbentuk bantal. Warna lilin bervariasi, yani putih atau kunging. Warna kutikula dan isi tubuh biaisanya oranye dan warna antenna serta tungkai adalah hitam. Istilah umum yang digunakan untuk spesies anggota family margarodidae adalah kutu kapuk.


a.    Metamorphosis
Serangga hama kutu tanaman paa umumnya mengalami metamorphosis paurometabola, urutan tahapan fase perkembangannya adalah telur, kemudian menetas menjadi serangga pradewasa disebut nimfa dan kemudian menjadi dewasa atau dikenal dengan instilah imago. Namun, bagi family yang memiliki bentuk bersayap, misalnya : kutuaun dan kutu kebul, kutu perisai jantan, kutu putih jantan dan kutu kapuk jantan, pada tahapan tertentu nimfa akan diam dan “berpupa” , karena itu  seringkali kutu tanaman digolongkan sebagai mengalami metamorphosis  peralihan antara paurometabola dan holometabola.

b.    Gejala serangan
Berbagai jenis kutu tanaman di atas dapat menyerang berbagai jenis tanaman hias. Semua anggota ordo ini memiliki alat mulut berupa stilet yang digunakan untuk menusuk dan menghisap jaringn tanaman, baik pada bagian pucuk, daun maupun batang tanaman. Kerusak pada daun tanaman hias dapat berupa ejal nekrosis, malformasi daun, dan matinya pucuk tanaman.
Sepanjang hidupnya kutu tanaman hidup pada tanaman inang dan menusukkan alat mulut berupa stilet ke jarringan tanaman serta menghisapnya, sehingga memiliki ekskresi berupa cairan pula. Cairan tersebut dikeluarkan dari tubuh kutu berupa limbah pencernaan . ekskresi ini dikeluarkan melalui struktur berupa cincin anal dan biasanya menetas tidak jau dari tempat hidupnya atau terlontar  ke helaian daun dibawahnya dikenal dengan istila embun madu. Akibat menumpuknya lapisan embun maduk pada permukaan adun maka akan menjadi  media tumbuh cendawan berwarna hitam yang disebut  embun gejala. Lapisan cendawan hitam itu seringkali menghalangi proses fotosintesa pada daun tersebut.
Adanya embun madu yang dikeluarkan kutu tanaman juga mengundang datangnya semut yang memanfaatkan embunmadu sebagai pakannya. Segi positif kehadiran semut ini adalah membantu kutu tanaman dari serangan musuh alami, baik dari golongan predator ataupun parasitoid, semut akan menghalau musuh alami yang mendekati kutu tanamanyang sedang bersimbiosis dengannya.

c.    Identifikasi kutu tanaman
Nama ilmiah suatu kutu tanaman yang sudah umum ditemui dapat dikenali secara langsung berdasarkan morfologi tubuh imago pada saat masih hidup. Namun beberapa jenis yang jarang ditemukan maka identifikasi harus berdasarkan bentuk tubuh kutu imago  betina yang telah dipreparasi dalam preparat mikroskop. Dalam pembuatan preparat mikroskop ini memerlukan pewawrna asam Fucshin . khusus untuk kutu daun , asam Fuchsin tidak diperlukan karena pigmentasi intiegumennya sudah cukup baik.


OLEH : DIREKTORAN PERLINDUNGAN HOTIKULTURA , JAKARTA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar